.
.
.
Title : Key
Of The Twilight
Disclaimer : Skip
Beat is not mine. I just borrow the name.
Rate : M
Genre : Hurt, Humors, Romance
Warning : EYD
berantakan, OOC, rate M untuk dewasa
.
.
.
Cast
Kyoko Mogami
Ren Tsuruga
Shou Fuwa
Yukihito Yashiro
Kanae Kotonami
Hiou
Maria
Presdir Takarada
Subaru Sumeragi
Sakura Zukamori
Touya Kinomoto
Yue
Yuki Kajiura
.
.
.
Chapter One
I Talk To The
Rain
Kegelisahan, kedukaan dan air mata
adalah bagian dari sketsa hidup di dunia. Tetesan air mata yang bermuara dari
hati dan berselaputkan kegelisahan jiwa terkadang memilukan hingga membuat
keresahan dan kebimbangan.
Kedukaan karena kerinduan yang teramat
sangat dalam menyebabkan kepedihan yang menyesakkan rongga dada.
Jiwa yang rapuh pun berkisah pada alam
serta isinya, bertanya, di manakah pasangan jiwa berada.
Lalu hati menciptakan serpihan
kegelisahan bagaikan anak kecil yang hilang dari ibunya di tengah keramaian.
Ren
mengabaikan pertanyaan Pak Yashiro, “Pak Yashiro, aku sibuk. Jadi
katakan padaku maksud kedatanganmu ke sini? Kau bukan orang yang mau meluangkan
waktu hanya untuk bergosip denganku di sini, ‘kan?”
Yashiro Yukihito malah balik bertanya padanya yang dikenal sebagai orang
yang tak bisa dibaca apa yang ada di otaknya, “Sibuk? Sibuk pacaran maksudmu?”
Lalu ia terkekeh membayangkan cowok seperti Seshirou mau menggandeng tangan
seorang cewek saja sudah bikin orang jantungan apalagi pacaran. Ren bukan orang yang mudah didekati secara pribadi, terlalu banyak
kemisteriusan dalam dirinya. Keluarga ataupun kepribadiannya. “Kapan kau akan
mengenalkanku pada pacarmu itu, Ren?”
Alis Ren terangkat sambil tersenyum
tipis. “Aku tak tertarik. Lagipula sejak kapan Anda beralih profesi menjadi
wartawan infotainment?”
Pak
Yashiro hanya tertawa. “Hei, aku hanya bertanya.” Mata Pak
Yashiro sedikit melirik ke arah Ren.
“Kudengar
kakakmu akan menikah?” tanya Ren. Pak Yashiro hanya
mengangguk. “Hmm ... menikah, ya?”
“Ren, jangan lagi,” erang Pak Yashiro sambil
mendongakkan kepala. “Tak bisakah kau melupakan semuanya dalam sedetik.”
Pak
Yashiro mengerutkan
kening makin dalam. Dia tahu, dia takkan melakukannya. Tidak dalam seribu
tahun. Tidak, sebelum neraka berubah jadi sauna ataupun kutub es. Berkali-kali Pak Yashiro membujuk Ren untuk bersosialisasi dengan manusia sekitarnya, malah telinganya
hanya mendengar jawaban yang membuat seluruh kulitnya gatal. ‘Aku tak mau
repot-repot bergaul dengan manusia yang tak berguna bagiku dan bisanya hanya
menghujat orang lain’ jawabnya berulang kali.
Pak
Yashiro nyaris putus asa terlibat dalam pembicaraan seperti
ini. Perbincangan yang tak ada titik temu. Perbedaan cara memandang inilah yang
sering memicu pertengkaran kecil antara mereka berdua. Pak Yashirolah yang selalu tak puas pada kepribadian Ren. Dia bertemu pria yang menyusahkan dan agak sedikit menyesal
karena sudah bersusah payah selama ini hanya demi menjadi temannya. Hidupnya
benar-benar kacau, tepatnya tak menarik karena Ren tak
pernah bermasalah, terlalu perfect di mata semua orang kecuali satu hal. Orang
yang dingin.
Pak
Yashiro hanya bisa menebak, kemungkinan Ren pernah mengalami masa krisis dalam hidupnya. Sangat sulit
mencari orang yang bisa dipercaya, terutama sebagai kawan. Apalagi, zaman
sekarang yang dibanggakan bagi semua orang hanya tampil fleksibel sesuai
kebutuhan.
“Jangan pasang tampang begitu, Pak Yashiro. Aku tahu maksudmu.” Tegur Ren seraya
meneliti deretan kertas di hadapannya.
“Sudahlah, Ren. Besok biar aku yang mengantarmu ke sekolah,” putusnya.
“Tak apa. Aku masih sanggup, Pak Yashiro!” katanya sambil merebahkan diri di kursinya. Berharap bisa
melupakan kepenatannya.
Pak
Yashiro baru akan menjawab dengan pidatonya ketika
mendengar ponselnya berdering. Tebakanku, Sakuya yang menghubungiku. Namun,
nama yang tertera di layar ternyata berbeda. Telepon itu bukan dari kekasihnya,
melainkan Yuya, adiknya.
“Halo, kakak yang paling menyebalkan di
dunia! Apa kabarmu?” sapa Yuya girang. Suara tawa bergema dari seberang.
“Sepertinya adikku makin kaya. Suaranya
sangat beda,” goda Pak Yashiro.
“Tentu saja. Kalau tidak kaya, untuk apa
aku bekerja keras selama ini?” balasnya.
Ren sibuk mencoret-coret kertas di hadapannya tak memedulikan
obrolan kakak-beradik itu. Yah, setidaknya dia tak perlu bekerja keras kalau
ingin jadi orang kaya seperti dalam obrolan dua orang itu.
-Di dalam kantor Presdir Takarada-
"Apa yang Anda mau bicarakan,
Presdir?" aktor berambut hitam bertanya penuh rasa ingin tahu.
Presdir Takarada, dalam kostum Raja
Prancis, menyeringai licik yang membuat Ren lebih penasaran.
"Apa yang Anda coba rencanakan?"
tanyanya dan memberi Presdir peringatan.
"Kita akan membahas tentang
bagaimana cara mengubah hidupmu dalam waktu singkat" ia hanya berkata
sambil mempelajari reaksi Ren. "Kau tak perlu khawatir, Ren. Aku mengerti
kau benar-benar ingin mencintai seseorang tapi tolong berhenti mengancamku. Kau
hanya akan menakut-nakutiku sampai mati
dan semua wanita akan terus menghindarimu untuk selamanya." Presdir
menangis tersedu-sedu. "Mereka akan mulai membencimu dan meninggalkanmu
untuk selamanya jika kau tidak menjaga sikapmu." Presdir menambahkan saat
ia mencoba untuk menggodanya tanpa henti.
"Bisakah Anda berhenti
bersandiwara? Siapa yang bilang bahwa aku ingin mencintai seseorang?" ia
memandang penuh rasa bosan pada Presdir.
"Kau bisa menipu siapa pun,
Ren... tetapi kau tidak bisa membodohiku. Bahkan kau tidak bisa menyembunyikan
dari manajermu, yang juga menyadari perasaanmu padanya." balas Presdir.
"Katakan apa pun yang Anda
inginkan, Presdir." Dia marah.
"Ren, kau gagal dalam
menunjukkan kasih sayangmu pada wanita yang kau cintai. Kau mungkin telah
melampaui Katsuki di Tsukigomori tapi masih saja ... ” mimik wajah Presdir
seakan tertawa dan mengejek Ren “.... KAU GAGAL DALAM CINTA dikehidupan nyata!
Tak heran kekasih-kekasihmu meninggalkanmu sebelum mendapatkan cintamu!"
Presiden menunjuk Ren, memberinya jempol ke bawah.
"Presdir, bisakah Anda berhenti
mencampuri kehidupan pribadiku? Aku mampu menangani masalahku sendiri."
Ren berkata penuh kejengkelan.
"Hhhmm, kalau dipikir-pikir,
kurasa kau harus dapat terapi khusus untuk kasus percintaanmu itu." Dia
tersenyum pada dirinya sendiri.
"Jadi, Anda mencoba untuk
mengatakan bahwa aku harus meminta psikiater untuk membenahi otakku agar penuh
dengan cinta, begitu? Mencari kekasih? Benarkan, Presdir?" tanyanya tegas.
"Tidak!" Presiden menjawab
seru.
"Eh?" Ren melihat Presdir
bingung.
"Mungkin lebih baik bagi aku
menempatkanmu di suatu tempat agar kau bisa belajar mencintai seseorang!"
Presiden menunjuk Ren dengan kilatan nakal di matanya.
Butuh waktu untuk Ren memproses
kata- kata Presdir sampai ...
"Tidaaaak!" Ren mental
berteriak ngeri dengan tangannya mencoba menarik rambutnya keluar.
XXXXXXX
Bagaimana jika ... mereka bertemu dengan
cara yang berbeda? Apakah dia masih bisa mencintai dengan benar dan akankah ia
membiarkan dirinya dianggap sebuah kemewahan cinta meskipun banyak rintangan?
Roda mencicit ketika dia menariknya
sepanjang jalan hutan basah dan dia melakukan yang terbaik untuk mengabaikan
suara bising yang tampaknya lebih keras dari suara kendaraan mewahnya. Lengan
kurus yang mulai memarahi dirinya sendiri untuk mengambil tindakan aneh dan
bodoh.
Panas matahari pagi ini terasa begitu
menyengat. Padahal baru jam delapan. Tapi panasnya bisa membuat jemuran kering
dalam sekejap. Lalu-lalang manusia begitu membuat pusing kepala. Kemacetan di
jalan-jalan kota tampak seperti antrian BBM gratis. Asap kendaraan menambah
nafas kian sesak.
Prefektur Yamanashi merupakan salah
satu dari sedikit prefektur di Jepang yang terkurung dan di kelilingi daratan,
berbatasan dengan Tokyo, Prefektur Kanagawa, Saitama, Shizuoka, dan Nagano.
Sekitar 80% dari wilayah Prefektur
Yamanashi merupakan daerah bergunung-gunung, Gunung Fuji di
sebelah selatan, Pegunungan Akaishi (Minami
Alps) di sebelah barat, GUnung Yatsugatake di
sebelah utara, dan Pegunungan Okuchichibu di
sebelah timur.
Prefektur
Yamanashi memiliki berbagai tujuan wisata, Gunung Fuji, Lima Danau Fuji, taman
bermain Fuji Q-Highland, perkebunan anggur serta pengilangan anggur (winery),
kota Kofu, kuil Erin-Ji, dan kuil Kounji.
Kota Kofu merupakan Ibu Kota
Prefektur Yamanashi yang terdapat tim sepak bolanya juga.
SMA Seijo merupakan
sekolah paling ngetop dengan segudang prestasi akademik maupun non-akademik di
Kofu. Termasuk sekolah termahal di daerahnya. Hanya orang tua beruang yang bisa
memasukkan anaknya ke sekolah bergengsi itu. Tapi SMA Seijo juga menerima
anak-anak ekonomi menengah ke bawah yang berprestasi tinggi.
SMA
Seijo atau tepatnya Akademi Seijo memiliki yayasan terbesar di Kofu. Sistem
pendidikan di Jepang hampir sama dengan Indonesia. Pertama, Sho^ gakko^ (SD),
ada 6 kelas dari kelas satu sampai enam. Anak umur 6 tahun harus masuk SD kelas
satu. Di Jepang pelajaran/semester baru mulai pada bulan April. Hal ini sama
dari SD sampai universitas. Bulan April musim menjadi hangat, berbunga Sakura.
Setiap tahun, anak umur 6 masuk SD disambut bunga sakura. Seijo memiliki
sederetan pohon Sakura. Mereka tamat pada umurnya 12.
Kedua, Chu^ gakko^ (SMP). Ada 3 kelas dari kelas
satu sampai tiga. Muridnya umur 12 sampai 15.
Ketiga, Ko^to^ gakko^(SMA). Ada 3 kelas dari kelas
satu sampai tiga. Muridnya umur 15 sampai 18. SMA itu ada macam-macam. SMA
kesenian, SMA teknologi, SMA pertanian, SMA perikanan, SMA perdagangan, dll.
Kemudian, ada Daigaku (universitas) atau Tanki
Daigaku (junior college). Daigaku ada 4 kelas (terdiri dari 8 semester) dan
Tanki Daigaku 2 kelas (terdiri dari 4 semester).
Untuk lulus ujian masuk universitas yang berkualitas
agak susah. Kalau gagal ujian masuk, satu atau dua tahun belajar lagi untuk
lulus (ujian masuk 1 tahun 1 kali saja). Di Jepang juga ada semacam UMPTN.
Untuk masuk universitas negeri, harus ikut ujian ini. Memang untuk S2 dan S3
tidak ada semacam UMPTN. Biaya sekolah universitas swasta dua kali atau tiga
kali lebih mahal daripada negeri. Universitas swasta, fakultas natural science
biaya sekolahnya lebih mahal daripada fakultas lain. Yang paling mahal fakultas
kedoktoran. Universitas negeri tidak ada bedanya biayanya tergantung fakultas.
Pagi ini, upacara
pembukaan. Banyak juga anak-anak yang terlambat mengikuti upacara pembukaan.
Dari barisan kelas sepuluh bagian belakang terdengar suara agak berisik. Ada
yang menyusup agar tidak ketahuan guru piket.
_Di kediaman keluarga
Fuwa_
Ekspresi Kyouko terlihat
kosong. Perlahan ia sadar apa yang ada dalam genggamannya. Jam alarm.
08.45
Huwaaaaaaaaa!!!!!
Kemudian Kyouko mengambil
handuk dan pakaiannya yang ada dalam lemarinya lalu keluar kamarnya menuju
kamar mandi.
Tak lama Kyouko keluar
dari kamar mandi dengan seragam sekolahnya. Kemeja putih dengan ikatan dasi
merah berpadu putih kotak-kotak di kerah bajunya sama seperti corak roknya yang
di atas lutut. Belakang roknya terikat pita agak panjang berwarna merah juga
semakin membuatnya terlihat gadis lugu. Tangannya menyambar jas di atas kursi
belajarnya.
Kyouko tak sempat
merapikan rambut hitamnya yang hampir panjangnya mencapai pantatnya. Tangannya
mengikat asal-asalan, yang penting tak menutupi wajahnya. Pikirnya.
Kemudian dia berlari ke
bawah, suaranya menuruni tangga benar-benar seperti kaki monster menginjak
tanah. Kyouko mendekati kursi di ruang tamu.
“Sho ... Sho ... bangun.”
Kata Kyouko sambil menggoyangkan tubuh Shoutaro, teman kecilnya di rumah tempat
ia tinggali sekarang. “Sho ... kita terlambat ... ayo, bangun!” desaknya lagi.
Shou pun bangun seraya
mengucek-ngucek kedua matanya. Tangannya masih memeluk gitarnya dan terlihat
pula kertas coret-coretan lirik lagu masih berantakan di lantai.
“Kenapa kau ribut, sih?
Memang sekarang jam berapa?” tanyanya jengkel.
“Jam 09.00. Ayo, mandi!
Kita harus berangkat sekolah, kalau tidak cepat-cepat kita akan telat, Sho.”
Pintanya dengan sangat karena Kyouko tak sekalipun pernah mau mengabaikan
sekolahnya. Baginya pendidikan adalah hal penting setelah makan agar bisa
hidup.
“Iya! Iya, berisik!”
Masih sangat mengantuk, Sho pun menuju kamar mandi.
_Di tengah jalan_
Mobil Ren Tsuruga melaju
kencang. Ini bukan karena kebiasaan, tapi karena memang moodnya sedang
bermasalah. Ternyata Presdir memang punya rencana terhadapnya. Dari pertama ia
heran kenapa ia harus ke Yamanashi selain bukan karena ia mendapat peran
sebagai guru di dalam drama barunya. Ia harus belajar sebagai guru yang baik
selama di sekolah itu. Tadinya ia pikir hanya sekitar tiga hari atau setidaknya
seminggu untuk berada di Yamanashi. Tapi, baru saja Pak Yashirou mendapa
telepon dari Presdir bahwa waktunya diperpanjang selama satu bulan.
Pada bulan
April udara sudah
semakin hangat, walaupun
di daerah Hokkaido
dan Tohoku masih ada
sisa-sisa salju. Di
daerah utara yaitu
daerah Kanto, bunga
sakura sudah mulai berkembang.
Pada tanggal 1 April di
seluruh Jepang adalah hari untuk mulai lagi beraktifitas. Para pelajar memasuki
tahun ajaran baru, dan para karyawan mulai bekerja pada
tahun anggaran baru. Pada tanggal 29 April disebut Midori no hi dan pada
hari tersebut merupakan libur nasional.
Pada bulan
April ada yang
disebut O- hanami. O-hanami
adalah tradisi musim semi
untuk melihat bunga sakura.
Bunga sakura mulai
berkembang dari daerah
yang hangat yaitu
dari Okinawa, kemudian Kyushu, Shikoku dan Honshu. Sedangkan di Hokkaido
mulai berkembang pada awal bulan Mei. Apabila bunga sakura berkembang orang-orang
membawa o-bento, dan osake tempat sakura
berkembang. Di bawah
pohon sakura banyak
orang-orang yang makan, minum,
jalan-jalan, menari-nari dan
bernyanyi bersuka ria.
Kurang lebih satu
minggu bunga sakura berkembang.
“Aku lupa betapa panasnya
Tokyo.” Kata Ren sambil menatap keluar jendela mobil seraya memandangi bunga
sakura yang berkembang sepanjang jalan yang ia lalui. Tempat yang ia tuju
memang dibilang jauh dari pemukiman warga.
“Kau bilang apa, Ren?”
tanya Yashirou yang duduk di sampingnya sekaligus terpesona dengan pemandangan
di depannya langsung memandangnya begitu Ren mengatakan sesuatu.
Ren hanya tersenyum kecil
sambil menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak. Tidak apa-apa, Pak Yashirou.”
Jawabnya.
Pak Yashirou menatapnya bingung.
“Apa jadwalku untuk hari
ini?”
Pak Yashirou langsung
membuka nota kecilnya yang berisi susunan jadwal Ren. Tangan kirinya membenahi
kacamatanya lalu membolak-balik notanya. Dengan teliti ia membaca dan
mempelajari tulisan-tulisan tangannya
.
“Begitu sampai kita harus
menghadap Kepala Sekolah, lalu mereka akan mengajak kita keliling sekolah agar
memungkinkan kita agar tak tesesat dan paham lingkungan maupun situasi sekolah
tersebut. Kita takkan menginap di hotel tapi kita akan menginap di salah satu asrama
sekolah.” Pak Yashirou menutup catatannya seraya membenahi kacamatanya. “Yah,
anggap saja sebagai perkenalan, Ren.”
Duakk! Ciiit!!
Tiba-tiba saja, mobil
berhenti mendadak. Pak Yashirou langsung menatap Ren, Khawatir. “Kau baik-baik
saja, Ren? Ada apa?” tanyanya dengan wajah pucat.
“Ya. Maaf, sepertinya ...
aku menabrak seseorang.” Jawab Ren.
“Menabrak seseorang?!”
seru Pak Yashirou dengan nada panik.
Ren langsung keluar dari
mobilnya sedang Pak Yashirou menurunkan kaca mobilnya. Ren menuju ke arah depan
mobilnya. Di sana ia menemukan seorang gadis sedang terduduk menatap
sekelilingnya dengan mata liar. Sepasang tangannya membersihkan debu-debu di
sekitar roknya masih dalam posisi duduk di atas jalan raya. Bawaannya
berantakan di tengan jalan. Dari isi tas sekolahnya keluar dari wadahnya.
“Kamu tidak apa-apa?”
tanya Ren ramah bercampur kecemasan takut terjadi apa-apa pada gadis itu.
Mungkin jika gadis itu terhitung menganggap ini kecelakaan sengaja atau tidak
maka Ren harus bersiap-siap harus berhadapan dengan jalur hukum. Atau gadis itu
akan berdamai dengannya. Semoga dia tak apa-apa. Doanya dalam hati
seraya membantu membenahi barang-barang gadis itu.
Tapi gadis itu bukannya
menjawab pertanyaan Ren malah balik melotot ke arah Ren. Bagi Ren, ini pertama kalinya
dirinya melihat warna mata gadis Jepang begitu jernih dan murni seperti warna
salju. Warna mata gadis itu sedikit abu-abu biru. Potongan rambutnya hitam
panjang dengan sedikit poni di dahinya merupakan ciri khas gadis Jepang.
“Hei, kau!! Jangan mentang-mentang
ini jalan umum, kau seenak perutmu main tancap gas sesukamu tanpa melihat orang
lagi jalan. Kau pikir ini jalan nenek moyangmu, ya!” teriak gadis itu tiba-tiba
membuyarkan lamunan Ren seketika. Wajahnya tampak marah besar.
Teriakan gadis itu membuat
Pak Yashirou langsung turun dari mobil penuh kekhawatiran. “Ren, apa yang
terjadi? Apa dia terluka?”
“Tak apa-apa, Pak
Yashirou.” Dengan wajah tenang, Ren menatap gadis bermata abu-abu biru tadi,
“Kalau begitu ... aku minta maaf nona. Aku sama sekali tak bermaksud ataupun
sengaja menabrakmu. Tapi kalau boleh menyarankan, sebaiknya kau belajar
berjalan agak minggir munkin sekitar dua meter dari tengah jalan agar terhindar
dari kendaraan dan jangan melompat sembarangan ke tengah jalan. Kebiasaan yang
tiba-tiba melompat di depan mobil yang sedang berjalan, suatau hari nanti ...
pasti akan membahayakan nyawamu sendiri, nona.”
Setelah mengucapkan
kalimat itu, Ren menatap penuh senyuman ke arah gadis yang masih terduduk di
tengah jalan. Ren memang melihat gadis itu mencoba menyebrang jalan tanpa
melihat sekitarnya.
“Hei, kau brengsek! Apa
ini caramu minta maaf pada orang yang baru kau tabrak?” tanya gadis itu dingin.
“Aku paling benci pada orang kaya sombong dan tak tahu aturan semacam kau ini.
Ada juga ya orang sepertimu di Jepang ini.”
Ren spontan menatapnya
tajam dengan penuh kesinisan. “Apa ini juga caramu bicara ala orang Jepang pada
orang yang berniat minta maaf? Dengan berteriak penuh kemarahan seperti gadis
tak tahu aturan dan tata krama seperti yang dibanggakan Jepang selama ini? Ada
juga ya gadis sepertimu di Jepang ini.” Balasnya sadis.
Kau terlalu kejam, Ren.
Bagaimana mungkin kau bicara begitu pada seorang gadis. Kalau itu terjadi pada
beberapa artis yang tak punya loyalitas dan komitment, aku sih tak masalah. Kata Pak Yashirou dalam hatinya.
Secara tiba-tiba gadis
itu mencengkram kerah leher Ren yang menatapnya kebingungan, dan tanpa
basa-basi, gadis itu memukul wajah Ren sambil berteriak, “Aku benci pada cowok
yang tak bisa menghormati wanita di dunia ini!!”
Pukulan gadis itu membuat
Ren, yang sama sekali tak siap malah terhuyung-huyung ke belakang. Mulut Pak
Yashirou yang nyaris tak bisa kembali ke rahangnya otomatis terbuka. Dirinya
pun hanya bisa berdiri memandang Ren mendapat pukulan telak dari seorang gadis
yang baru saja ditemui mereka. Ekspresinya pucat.
Ya Tuhan ... Apa ... Apa
yang terjadi?
Gadis itu langsung
memanfaatkan kesempatan untuk lari setelah mengambil barang-barangnya. Baru
beberapa detik bayangannya lansung menghilang di telan kabut bukit pagi saat
itu.
“Ren? Kau tak apa-apa?
Bagaimana ... bagaimana dengan wajahmu?” tanya Pak Yashirou cemas setengah
hidup karena wajah penting bagi seorang bintang Jepang kelas atas semacam Ren
Tsuruga. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? Pak Yashirou masih tak percaya
apa yang baru saja di lihatnya. Seorang gadis asing menonjok Ren Tsuruga, aktor
kelas atas Jepang. Apa gadis itu tak punya televisi atau hp atau radio atau
apapun itu? Bagaimana mungkin tak ada yang mengenali Ren Tsuruga?
Ren kembali memasang
wajah gentle man-nya. Pak Yashirou menatap Ren antara kasihan, geli, cemas, dan
pucat menghela napas panjang. Baru kali ini kulihat aktor sekaliber Ren
Tsuruga ditonjok seorang gadis. Kasihan sekali. Apa kata orang-orang nanti jika
tahu tentang ini?
Perlahan Ren mengusap
bibirnya yang mulai membengkak.
XXXXXXX
Tidak ada komentar:
Posting Komentar