Selasa, 25 Maret 2014

FF : Key Of The Twilight


.
.
.
Title  :  Key Of The Twilight

Disclaimer  :  Skip Beat is not mine. I just borrow the name.

Rate  : M

Genre :  Hurt, Humors, Romance

Warning : EYD berantakan, OOC, rate M untuk dewasa

.

.

.

Cast

Kyoko Mogami

Ren Tsuruga

Shou Fuwa

Yukihito Yashiro

Kanae Kotonami

Hiou

Maria

Presdir Takarada

Subaru Sumeragi

Sakura Zukamori

Touya Kinomoto

Yue

Yuki Kajiura

.

.

.


 Chapter One

I Talk To The Rain

Kegelisahan, kedukaan dan air mata adalah bagian dari sketsa hidup di dunia. Tetesan air mata yang bermuara dari hati dan berselaputkan kegelisahan jiwa terkadang memilukan hingga membuat keresahan dan kebimbangan.

Kedukaan karena kerinduan yang teramat sangat dalam menyebabkan kepedihan yang menyesakkan rongga dada.

Jiwa yang rapuh pun berkisah pada alam serta isinya, bertanya, di manakah pasangan jiwa berada.

Lalu hati menciptakan serpihan kegelisahan bagaikan anak kecil yang hilang dari ibunya di tengah keramaian.

Ren mengabaikan pertanyaan Pak Yashiro, “Pak Yashiro, aku sibuk. Jadi katakan padaku maksud kedatanganmu ke sini? Kau bukan orang yang mau meluangkan waktu hanya untuk bergosip denganku di sini, ‘kan?”

Yashiro Yukihito malah balik bertanya padanya yang dikenal sebagai orang yang tak bisa dibaca apa yang ada di otaknya, “Sibuk? Sibuk pacaran maksudmu?” Lalu ia terkekeh membayangkan cowok seperti Seshirou mau menggandeng tangan seorang cewek saja sudah bikin orang jantungan apalagi pacaran. Ren bukan orang yang mudah didekati secara pribadi, terlalu banyak kemisteriusan dalam dirinya. Keluarga ataupun kepribadiannya. “Kapan kau akan mengenalkanku pada pacarmu itu, Ren?”

Alis Ren terangkat sambil tersenyum tipis. “Aku tak tertarik. Lagipula sejak kapan Anda beralih profesi menjadi wartawan infotainment?”

Pak Yashiro hanya tertawa. “Hei, aku hanya bertanya.” Mata Pak Yashiro sedikit melirik ke arah Ren.

“Kudengar kakakmu akan menikah?” tanya Ren. Pak Yashiro hanya mengangguk. “Hmm ... menikah, ya?”

“Ren, jangan lagi,” erang Pak Yashiro sambil mendongakkan kepala. “Tak bisakah kau melupakan semuanya dalam sedetik.”

Pak Yashiro mengerutkan kening makin dalam. Dia tahu, dia takkan melakukannya. Tidak dalam seribu tahun. Tidak, sebelum neraka berubah jadi sauna ataupun kutub es. Berkali-kali Pak Yashiro membujuk Ren untuk bersosialisasi dengan manusia sekitarnya, malah telinganya hanya mendengar jawaban yang membuat seluruh kulitnya gatal. ‘Aku tak mau repot-repot bergaul dengan manusia yang tak berguna bagiku dan bisanya hanya menghujat orang lain’ jawabnya berulang kali.

Pak Yashiro nyaris putus asa terlibat dalam pembicaraan seperti ini. Perbincangan yang tak ada titik temu. Perbedaan cara memandang inilah yang sering memicu pertengkaran kecil antara mereka berdua. Pak Yashirolah yang selalu tak puas pada kepribadian Ren. Dia bertemu pria yang menyusahkan dan agak sedikit menyesal karena sudah bersusah payah selama ini hanya demi menjadi temannya. Hidupnya benar-benar kacau, tepatnya tak menarik karena Ren tak pernah bermasalah, terlalu perfect di mata semua orang kecuali satu hal. Orang yang dingin.

Pak Yashiro hanya bisa menebak, kemungkinan Ren pernah mengalami masa krisis dalam hidupnya. Sangat sulit mencari orang yang bisa dipercaya, terutama sebagai kawan. Apalagi, zaman sekarang yang dibanggakan bagi semua orang hanya tampil fleksibel sesuai kebutuhan.

“Jangan pasang tampang begitu, Pak Yashiro. Aku tahu maksudmu.” Tegur Ren seraya meneliti deretan kertas di hadapannya.

“Sudahlah, Ren. Besok biar aku yang mengantarmu ke sekolah,” putusnya.

“Tak apa. Aku masih sanggup, Pak Yashiro!” katanya sambil merebahkan diri di kursinya. Berharap bisa melupakan kepenatannya.

Pak Yashiro baru akan menjawab dengan pidatonya ketika mendengar ponselnya berdering. Tebakanku, Sakuya yang menghubungiku. Namun, nama yang tertera di layar ternyata berbeda. Telepon itu bukan dari kekasihnya, melainkan Yuya, adiknya.

“Halo, kakak yang paling menyebalkan di dunia! Apa kabarmu?” sapa Yuya girang. Suara tawa bergema dari seberang.

“Sepertinya adikku makin kaya. Suaranya sangat beda,” goda Pak Yashiro.

“Tentu saja. Kalau tidak kaya, untuk apa aku bekerja keras selama ini?” balasnya.

Ren sibuk mencoret-coret kertas di hadapannya tak memedulikan obrolan kakak-beradik itu. Yah, setidaknya dia tak perlu bekerja keras kalau ingin jadi orang kaya seperti dalam obrolan dua orang itu.

-Di dalam kantor Presdir Takarada-

"Apa yang Anda mau bicarakan, Presdir?" aktor berambut hitam bertanya penuh rasa ingin tahu.

Presdir Takarada, dalam kostum Raja Prancis, menyeringai licik yang membuat Ren lebih penasaran.

"Apa yang Anda coba rencanakan?" tanyanya dan memberi Presdir peringatan.

"Kita akan membahas tentang bagaimana cara mengubah hidupmu dalam waktu singkat" ia hanya berkata sambil mempelajari reaksi Ren. "Kau tak perlu khawatir, Ren. Aku mengerti kau benar-benar ingin mencintai seseorang tapi tolong berhenti mengancamku. Kau hanya akan menakut-nakutiku  sampai mati dan semua wanita akan terus menghindarimu untuk selamanya." Presdir menangis tersedu-sedu. "Mereka akan mulai membencimu dan meninggalkanmu untuk selamanya jika kau tidak menjaga sikapmu." Presdir menambahkan saat ia mencoba untuk menggodanya tanpa henti.

"Bisakah Anda berhenti bersandiwara? Siapa yang bilang bahwa aku ingin mencintai seseorang?" ia memandang penuh rasa bosan pada Presdir.

"Kau bisa menipu siapa pun, Ren... tetapi kau tidak bisa membodohiku. Bahkan kau tidak bisa menyembunyikan dari manajermu, yang juga menyadari perasaanmu padanya." balas Presdir.

"Katakan apa pun yang Anda inginkan, Presdir." Dia marah.

"Ren, kau gagal dalam menunjukkan kasih sayangmu pada wanita yang kau cintai. Kau mungkin telah melampaui Katsuki di Tsukigomori tapi masih saja ... ” mimik wajah Presdir seakan tertawa dan mengejek Ren “.... KAU GAGAL DALAM CINTA dikehidupan nyata! Tak heran kekasih-kekasihmu meninggalkanmu sebelum mendapatkan cintamu!" Presiden menunjuk Ren, memberinya jempol ke bawah.

"Presdir, bisakah Anda berhenti mencampuri kehidupan pribadiku? Aku mampu menangani masalahku sendiri." Ren berkata penuh kejengkelan.

"Hhhmm, kalau dipikir-pikir, kurasa kau harus dapat terapi khusus untuk kasus percintaanmu itu." Dia tersenyum pada dirinya sendiri.

"Jadi, Anda mencoba untuk mengatakan bahwa aku harus meminta psikiater untuk membenahi otakku agar penuh dengan cinta, begitu? Mencari kekasih? Benarkan, Presdir?" tanyanya tegas.

"Tidak!" Presiden menjawab seru.

"Eh?" Ren melihat Presdir bingung.

"Mungkin lebih baik bagi aku menempatkanmu di suatu tempat agar kau bisa belajar mencintai seseorang!" Presiden menunjuk Ren dengan kilatan nakal di matanya.

Butuh waktu untuk Ren memproses kata- kata Presdir sampai ...

"Tidaaaak!" Ren mental berteriak ngeri dengan tangannya mencoba menarik rambutnya keluar.

XXXXXXX

Bagaimana jika ... mereka bertemu dengan cara yang berbeda? Apakah dia masih bisa mencintai dengan benar dan akankah ia membiarkan dirinya dianggap sebuah kemewahan cinta meskipun banyak  rintangan?

Roda mencicit ketika dia menariknya sepanjang jalan hutan basah dan dia melakukan yang terbaik untuk mengabaikan suara bising yang tampaknya lebih keras dari suara kendaraan mewahnya. Lengan kurus yang mulai memarahi dirinya sendiri untuk mengambil tindakan aneh dan bodoh.

Panas matahari pagi ini terasa begitu menyengat. Padahal baru jam delapan. Tapi panasnya bisa membuat jemuran kering dalam sekejap. Lalu-lalang manusia begitu membuat pusing kepala. Kemacetan di jalan-jalan kota tampak seperti antrian BBM gratis. Asap kendaraan menambah nafas kian sesak.

Prefektur Yamanashi merupakan salah satu dari sedikit prefektur di Jepang yang terkurung dan di kelilingi daratan, berbatasan dengan Tokyo, Prefektur Kanagawa, Saitama, Shizuoka, dan Nagano.

Sekitar 80% dari wilayah Prefektur Yamanashi merupakan daerah bergunung-gunung, Gunung Fuji di sebelah selatan, Pegunungan Akaishi (Minami Alps) di sebelah barat, GUnung Yatsugatake di sebelah utara, dan Pegunungan Okuchichibu di sebelah timur.

Prefektur Yamanashi memiliki berbagai tujuan wisata, Gunung Fuji, Lima Danau Fuji, taman bermain Fuji Q-Highland, perkebunan anggur serta pengilangan anggur (winery), kota Kofu, kuil Erin-Ji, dan kuil Kounji.

Kota Kofu merupakan Ibu Kota Prefektur Yamanashi yang terdapat tim sepak bolanya juga.

SMA Seijo merupakan sekolah paling ngetop dengan segudang prestasi akademik maupun non-akademik di Kofu. Termasuk sekolah termahal di daerahnya. Hanya orang tua beruang yang bisa memasukkan anaknya ke sekolah bergengsi itu. Tapi SMA Seijo juga menerima anak-anak ekonomi menengah ke bawah yang berprestasi tinggi.

SMA Seijo atau tepatnya Akademi Seijo memiliki yayasan terbesar di Kofu. Sistem pendidikan di Jepang hampir sama dengan Indonesia. Pertama, Sho^ gakko^ (SD), ada 6 kelas dari kelas satu sampai enam. Anak umur 6 tahun harus masuk SD kelas satu. Di Jepang pelajaran/semester baru mulai pada bulan April. Hal ini sama dari SD sampai universitas. Bulan April musim menjadi hangat, berbunga Sakura. Setiap tahun, anak umur 6 masuk SD disambut bunga sakura. Seijo memiliki sederetan pohon Sakura. Mereka tamat pada umurnya 12.

Kedua, Chu^ gakko^ (SMP). Ada 3 kelas dari kelas satu sampai tiga. Muridnya umur 12 sampai 15.

Ketiga, Ko^to^ gakko^(SMA). Ada 3 kelas dari kelas satu sampai tiga. Muridnya umur 15 sampai 18. SMA itu ada macam-macam. SMA kesenian, SMA teknologi, SMA pertanian, SMA perikanan, SMA perdagangan, dll.

Kemudian, ada Daigaku (universitas) atau Tanki Daigaku (junior college). Daigaku ada 4 kelas (terdiri dari 8 semester) dan Tanki Daigaku 2 kelas (terdiri dari 4 semester).

Untuk lulus ujian masuk universitas yang berkualitas agak susah. Kalau gagal ujian masuk, satu atau dua tahun belajar lagi untuk lulus (ujian masuk 1 tahun 1 kali saja). Di Jepang juga ada semacam UMPTN. Untuk masuk universitas negeri, harus ikut ujian ini. Memang untuk S2 dan S3 tidak ada semacam UMPTN. Biaya sekolah universitas swasta dua kali atau tiga kali lebih mahal daripada negeri. Universitas swasta, fakultas natural science biaya sekolahnya lebih mahal daripada fakultas lain. Yang paling mahal fakultas kedoktoran. Universitas negeri tidak ada bedanya biayanya tergantung fakultas.

Pagi ini, upacara pembukaan. Banyak juga anak-anak yang terlambat mengikuti upacara pembukaan. Dari barisan kelas sepuluh bagian belakang terdengar suara agak berisik. Ada yang menyusup agar tidak ketahuan guru piket.

_Di kediaman keluarga Fuwa_

Ekspresi Kyouko terlihat kosong. Perlahan ia sadar apa yang ada dalam genggamannya. Jam alarm.

08.45

Huwaaaaaaaaa!!!!!

Kemudian Kyouko mengambil handuk dan pakaiannya yang ada dalam lemarinya lalu keluar kamarnya menuju kamar mandi.

Tak lama Kyouko keluar dari kamar mandi dengan seragam sekolahnya. Kemeja putih dengan ikatan dasi merah berpadu putih kotak-kotak di kerah bajunya sama seperti corak roknya yang di atas lutut. Belakang roknya terikat pita agak panjang berwarna merah juga semakin membuatnya terlihat gadis lugu. Tangannya menyambar jas di atas kursi belajarnya.

Kyouko tak sempat merapikan rambut hitamnya yang hampir panjangnya mencapai pantatnya. Tangannya mengikat asal-asalan, yang penting tak menutupi wajahnya. Pikirnya.

Kemudian dia berlari ke bawah, suaranya menuruni tangga benar-benar seperti kaki monster menginjak tanah. Kyouko mendekati kursi di ruang tamu.

“Sho ... Sho ... bangun.” Kata Kyouko sambil menggoyangkan tubuh Shoutaro, teman kecilnya di rumah tempat ia tinggali sekarang. “Sho ... kita terlambat ... ayo, bangun!” desaknya lagi.

Shou pun bangun seraya mengucek-ngucek kedua matanya. Tangannya masih memeluk gitarnya dan terlihat pula kertas coret-coretan lirik lagu masih berantakan di lantai.

“Kenapa kau ribut, sih? Memang sekarang jam berapa?” tanyanya jengkel.

“Jam 09.00. Ayo, mandi! Kita harus berangkat sekolah, kalau tidak cepat-cepat kita akan telat, Sho.” 
Pintanya dengan sangat karena Kyouko tak sekalipun pernah mau mengabaikan sekolahnya. Baginya pendidikan adalah hal penting setelah makan agar bisa hidup.

“Iya! Iya, berisik!” Masih sangat mengantuk, Sho pun menuju kamar mandi.

_Di tengah jalan_

Mobil Ren Tsuruga melaju kencang. Ini bukan karena kebiasaan, tapi karena memang moodnya sedang bermasalah. Ternyata Presdir memang punya rencana terhadapnya. Dari pertama ia heran kenapa ia harus ke Yamanashi selain bukan karena ia mendapat peran sebagai guru di dalam drama barunya. Ia harus belajar sebagai guru yang baik selama di sekolah itu. Tadinya ia pikir hanya sekitar tiga hari atau setidaknya seminggu untuk berada di Yamanashi. Tapi, baru saja Pak Yashirou mendapa telepon dari Presdir bahwa waktunya diperpanjang selama satu bulan.

Pada  bulan  April  udara  sudah  semakin  hangat,  walaupun  di  daerah  Hokkaido  dan  Tohoku masih  ada  sisa-sisa  salju.  Di  daerah  utara  yaitu  daerah  Kanto,  bunga  sakura  sudah  mulai berkembang.

Pada tanggal 1 April di seluruh Jepang adalah hari untuk mulai lagi beraktifitas. Para pelajar memasuki tahun ajaran baru, dan para karyawan mulai bekerja  pada  tahun anggaran baru. Pada tanggal 29 April disebut Midori no hi dan pada hari tersebut merupakan libur nasional.

Pada  bulan  April  ada  yang  disebut  O- hanami.  O-hanami  adalah  tradisi  musim  semi  untuk melihat  bunga  sakura.  Bunga  sakura  mulai  berkembang  dari  daerah  yang  hangat  yaitu  dari Okinawa, kemudian Kyushu, Shikoku dan Honshu. Sedangkan di Hokkaido mulai berkembang pada awal bulan Mei. Apabila bunga sakura berkembang orang-orang membawa o-bento, dan osake  tempat  sakura  berkembang.  Di  bawah  pohon  sakura  banyak  orang-orang  yang  makan, minum,  jalan-jalan,  menari-nari  dan  bernyanyi  bersuka  ria.  Kurang  lebih  satu  minggu  bunga sakura berkembang.

“Aku lupa betapa panasnya Tokyo.” Kata Ren sambil menatap keluar jendela mobil seraya memandangi bunga sakura yang berkembang sepanjang jalan yang ia lalui. Tempat yang ia tuju memang dibilang jauh dari pemukiman warga.

“Kau bilang apa, Ren?” tanya Yashirou yang duduk di sampingnya sekaligus terpesona dengan pemandangan di depannya langsung memandangnya begitu Ren mengatakan sesuatu.

Ren hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak. Tidak apa-apa, Pak Yashirou.” Jawabnya.

Pak Yashirou menatapnya bingung.

“Apa jadwalku untuk hari ini?”

Pak Yashirou langsung membuka nota kecilnya yang berisi susunan jadwal Ren. Tangan kirinya membenahi kacamatanya lalu membolak-balik notanya. Dengan teliti ia membaca dan mempelajari tulisan-tulisan tangannya
.
“Begitu sampai kita harus menghadap Kepala Sekolah, lalu mereka akan mengajak kita keliling sekolah agar memungkinkan kita agar tak tesesat dan paham lingkungan maupun situasi sekolah tersebut. Kita takkan menginap di hotel tapi kita akan menginap di salah satu asrama sekolah.” Pak Yashirou menutup catatannya seraya membenahi kacamatanya. “Yah, anggap saja sebagai perkenalan, Ren.”

Duakk! Ciiit!!

Tiba-tiba saja, mobil berhenti mendadak. Pak Yashirou langsung menatap Ren, Khawatir. “Kau baik-baik saja, Ren? Ada apa?” tanyanya dengan wajah pucat.

“Ya. Maaf, sepertinya ... aku menabrak seseorang.” Jawab Ren.

“Menabrak seseorang?!” seru Pak Yashirou dengan nada panik.

Ren langsung keluar dari mobilnya sedang Pak Yashirou menurunkan kaca mobilnya. Ren menuju ke arah depan mobilnya. Di sana ia menemukan seorang gadis sedang terduduk menatap sekelilingnya dengan mata liar. Sepasang tangannya membersihkan debu-debu di sekitar roknya masih dalam posisi duduk di atas jalan raya. Bawaannya berantakan di tengan jalan. Dari isi tas sekolahnya keluar dari wadahnya.

“Kamu tidak apa-apa?” tanya Ren ramah bercampur kecemasan takut terjadi apa-apa pada gadis itu. Mungkin jika gadis itu terhitung menganggap ini kecelakaan sengaja atau tidak maka Ren harus bersiap-siap harus berhadapan dengan jalur hukum. Atau gadis itu akan berdamai dengannya. Semoga dia tak apa-apa. Doanya dalam hati seraya membantu membenahi barang-barang gadis itu.
Tapi gadis itu bukannya menjawab pertanyaan Ren malah balik melotot ke arah Ren. Bagi Ren, ini pertama kalinya dirinya melihat warna mata gadis Jepang begitu jernih dan murni seperti warna salju. Warna mata gadis itu sedikit abu-abu biru. Potongan rambutnya hitam panjang dengan sedikit poni di dahinya merupakan ciri khas gadis Jepang.

“Hei, kau!! Jangan mentang-mentang ini jalan umum, kau seenak perutmu main tancap gas sesukamu tanpa melihat orang lagi jalan. Kau pikir ini jalan nenek moyangmu, ya!” teriak gadis itu tiba-tiba membuyarkan lamunan Ren seketika. Wajahnya tampak marah besar.

Teriakan gadis itu membuat Pak Yashirou langsung turun dari mobil penuh kekhawatiran. “Ren, apa yang terjadi? Apa dia terluka?”

“Tak apa-apa, Pak Yashirou.” Dengan wajah tenang, Ren menatap gadis bermata abu-abu biru tadi, “Kalau begitu ... aku minta maaf nona. Aku sama sekali tak bermaksud ataupun sengaja menabrakmu. Tapi kalau boleh menyarankan, sebaiknya kau belajar berjalan agak minggir munkin sekitar dua meter dari tengah jalan agar terhindar dari kendaraan dan jangan melompat sembarangan ke tengah jalan. Kebiasaan yang tiba-tiba melompat di depan mobil yang sedang berjalan, suatau hari nanti ... pasti akan membahayakan nyawamu sendiri, nona.”

Setelah mengucapkan kalimat itu, Ren menatap penuh senyuman ke arah gadis yang masih terduduk di tengah jalan. Ren memang melihat gadis itu mencoba menyebrang jalan tanpa melihat sekitarnya.

“Hei, kau brengsek! Apa ini caramu minta maaf pada orang yang baru kau tabrak?” tanya gadis itu dingin. “Aku paling benci pada orang kaya sombong dan tak tahu aturan semacam kau ini. Ada juga ya orang sepertimu di Jepang ini.”

Ren spontan menatapnya tajam dengan penuh kesinisan. “Apa ini juga caramu bicara ala orang Jepang pada orang yang berniat minta maaf? Dengan berteriak penuh kemarahan seperti gadis tak tahu aturan dan tata krama seperti yang dibanggakan Jepang selama ini? Ada juga ya gadis sepertimu di Jepang ini.” Balasnya sadis.

Kau terlalu kejam, Ren. Bagaimana mungkin kau bicara begitu pada seorang gadis. Kalau itu terjadi pada beberapa artis yang tak punya loyalitas dan komitment, aku sih tak masalah. Kata Pak Yashirou dalam hatinya.

Secara tiba-tiba gadis itu mencengkram kerah leher Ren yang menatapnya kebingungan, dan tanpa basa-basi, gadis itu memukul wajah Ren sambil berteriak, “Aku benci pada cowok yang tak bisa menghormati wanita di dunia ini!!”

Pukulan gadis itu membuat Ren, yang sama sekali tak siap malah terhuyung-huyung ke belakang. Mulut Pak Yashirou yang nyaris tak bisa kembali ke rahangnya otomatis terbuka. Dirinya pun hanya bisa berdiri memandang Ren mendapat pukulan telak dari seorang gadis yang baru saja ditemui mereka. Ekspresinya pucat.

Ya Tuhan ... Apa ... Apa yang terjadi?

Gadis itu langsung memanfaatkan kesempatan untuk lari setelah mengambil barang-barangnya. Baru beberapa detik bayangannya lansung menghilang di telan kabut bukit pagi saat itu.

“Ren? Kau tak apa-apa? Bagaimana ... bagaimana dengan wajahmu?” tanya Pak Yashirou cemas setengah hidup karena wajah penting bagi seorang bintang Jepang kelas atas semacam Ren Tsuruga. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? Pak Yashirou masih tak percaya apa yang baru saja di lihatnya. Seorang gadis asing menonjok Ren Tsuruga, aktor kelas atas Jepang. Apa gadis itu tak punya televisi atau hp atau radio atau apapun itu? Bagaimana mungkin tak ada yang mengenali Ren Tsuruga?

Ren kembali memasang wajah gentle man-nya. Pak Yashirou menatap Ren antara kasihan, geli, cemas, dan pucat menghela napas panjang. Baru kali ini kulihat aktor sekaliber Ren Tsuruga ditonjok seorang gadis. Kasihan sekali. Apa kata orang-orang nanti jika tahu tentang ini?

Perlahan Ren mengusap bibirnya yang mulai membengkak.

XXXXXXX

Tidak ada komentar:

Posting Komentar