Ikébana (生花)_ kata Ikebana berasal dari 'ike' yang bermakna hidup atau tumbuh dan kata 'hana' atau 'bana' yang berarti bunga. Istilah populer dari Ikebana sendiri adalah 'seni merangkai bunga'.
Dalam bahasa Jepang, Ikebana juga dikenal dengan
istilah kadō (華道, ka, bunga; do, jalan kehidupan) yang lebih menekankan pada
aspek seni untuk mencapai kesempurnaan dalam merangkai bunga.
Pada
umumnya, bunga yang dirangkai dengan teknik merangkai dari Barat (flower
arrangement) terlihat sama indahnya dari berbagai sudut pandang secara tiga
dimensi dan tidak perlu harus dilihat dari bagian depan.
Ikebana Jepang berbeda dengan seni merangkai bunga dari barat yang bersifat dekoratif. setiap Ikebana mempunyai cara tersendiri dalam merangkai berbagai jenis bunga. Bentuk-bentuk Ikebana didasarkan tiga titik yang mewakili langit, bumi dan manusia.
Ikebana Jepang berbeda dengan seni merangkai bunga dari barat yang bersifat dekoratif. setiap Ikebana mempunyai cara tersendiri dalam merangkai berbagai jenis bunga. Bentuk-bentuk Ikebana didasarkan tiga titik yang mewakili langit, bumi dan manusia.
Gaya Rangkaian dalam
Ikebana
Ada
3 gaya dalam Ikebana, yaitu : rikka, shoka dan jiyuka
Rikka (Standing Flower)adalah ikebana gaya tradisional yang banyak
dipergunakan untuk perayaan keagamaan. Gaya ini menampilkan keindahan landscape
tanaman. Gaya ini berkembang sekitar awal abad 16. Ada 7 keutamaan dalam
rangkaian gaya Rikka, yaitu : shin, shin-kakushi, soe, soe-uke, mikoshi,
nagashi dan maeoki.
Shoka adalah rangkaian ikebana yang tidak terlalu formal tapi
masih tradisional. Gaya ini difokuskan pada bentuk asli tumbuhan. Ada 3 unsur
utama dalam gaya Shoka yaitu : shin, soe, dan tai. Gaya ini lebih
berkembang karena adanya pengaruh Eropa Nageire arti
bebasnya “dimasukan” (rangkaian dengan vas tinggi dengan rangkaian hampir
bebas) dan Moribana rangkaian
menggunakan wadah rendah dan mulut lebar). Lalu pada tahun 1977 lahir gaya baru
yaitu Shoka Shimputai, yang lebih modern, terdiri dari 2 unsur utama yaitu shu
dan yo, dan unsur pelengkapnya, ashirai.
Jiyuka adalah rangkaian Ikebana bersifat bebas
dimana rangkaiannya berdasarkan kreativitas serta imaginasi. Gaya ini
berkembang setelah perang dunia ke-2. Dalam rangkaian ini kita dapat
mempergunakan kawat,logam dan batu secara menonjol.
Asal-usul Ikebana
Asal-usul
Ikebana (いけばな) berawal dari tradisi mempersembahkan bunga di kuil Budha di Jepang. Ikebana berkembang bersamaan dengan
perkembangan agama Buddha di Jepang di abad ke-6.
Di zaman kuno, manusia merasakan keanehan yang
terdapat pada tanaman/ tumbuhan dan
mengganggapnya sebagai suatu misteri. Berbeda dengan binatang yang langsung
mati setelah diburu, bunga atau bagian tanaman yang sudah dipetik dari alam
bila diperlakukan dengan benar tetap mempertahankan kesegaran sama seperti
sewaktu masih berada di alam. Manusia yang senang melihat "keanehan"
yang terjadi kemudian memasukkan bunga atau bagian tanaman yang sudah dipotong
ke dalam vas bunga. Manusia zaman kuno lalu merasa puas karena menganggap dirinya
sudah berhasil mengendalikan peristiwa alam yang sebelumnya tidak bisa
dikendalikan oleh manusia. Ketakjuban
manusia terhadap tumbuhan yang dianggap mempunyai kekuatan aneh juga berkaitan
dengan pemujaan tanaman yang selalu berdaun hijau sepanjang tahun (evergreen).
Manusia zaman dulu yang tinggal di negeri empat musim percaya bahwa kekuatan
misterius para dewa menyebabkan tanaman selalu berdaun hijau sepanjang tahun
dan tidak merontokkan daunnya pada musim dingin.
Sejarah seni merangkai
bunga
Menurut
literatur klasik seperti Makura no sōshi yang bercerita
tentang adat istiadat Jepang, tradisi mengagumi bunga dengan cara memotong
tangkai dari sekuntum bunga sudah dimulai sejak zaman Heian. Pada mulanya, bunga diletakkan di
dalam wadah yang sudah ada sebelumnya dan kemudian baru dibuatkan wadah khusus
untuk vas bunga.
Ikebana
dalam bentuk seperti sekarang ini baru dimulai para biksu di kuil Chōhōji, Kyoto pada pertengahan zaman Muromachi. Paa biksu kuil
Chōhōji secara turun temurun tinggal di kamar (bō) di pinggir kolam (ike),
sehingga aliran baru Ikebana yang dimulainya disebut sebagai aliran Ikenobō.
Ikebana aliran Ikebono
Di
pertengahan zaman Edo, berbagai
kepala aliran (lemoto) dan guru besar kepala (Sōke) menciptakan seni merangkai bunga gayaTachibana atau Rikka yang
menjadi mapan pada masa itu.
Di
pertengahan zaman Edo hingga akhir zaman Edo, Ikebana yang dulunya hanya bisa
dinikmati kalangan bangsawan atau kaum samurai secara berangsur-angsur mulai
disenangi rakyat kecil. Pada zaman itu, Ikebana gaya Shōka (seika)
menjadi populer di kalangan rakyat.
Aliran
Mishōryū, aliran Koryū, aliran Enshūryū dan aliran Senkeiryū melahirkan banyak
guru besar dan ahli Ikebana yang memiliki teknik tingkat tinggi yang kemudian
memisahkan diri membentuk banyak aliran yang lain.
Ikebana
mulai diperkenalkan ke Eropa pada akhir zaman
Edo hingga masa awal era Meiji ketika minat
orang Eropa terhadap kebudayaan Jepang sedang mencapai puncaknya. Ikebana
dianggap memengaruhi seni merangkai bunga Eropa yang mencontoh Ikebana dalam line
arrangement.
Sejak
zaman Edo lahir banyak sekali aliran yang merupakan pecahan dari aliran
Ikenobō. Pada bulan Maret 2005 tercatat 392 aliran
Ikebana yang masuk ke dalam daftar Asosiasi Seni Ikebana Jepang.
Tokoh Ikebana
Jepang : Kariyazaki Shogo di Jepang
Inggris : Okada Mokichi
Cukup segini pengetahuanku mengenai Ikebana, jika ada tambahan silahkan dijabarkan sendiri dan maaf jika ada kesalahan.
Ting Tong .......
Cukup segini pengetahuanku mengenai Ikebana, jika ada tambahan silahkan dijabarkan sendiri dan maaf jika ada kesalahan.
Ting Tong .......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar